wiNDi
Sunday, September 9, 2012
Monday, October 3, 2011
Frances (fanny) Jane Crosby
Born: March 24, 1820, Putnam County, New York. Died: February 12, 1915, Bridgeport, Connecticut. Buried: Bridgeport, Connecticut. Frances (fanny) Jane Crosby |
1820-1915 “ I will bring the blind by a way that they knew not… I will make darkness light before them.” Isaiah 42:16 |
“Aku mau memimpin orang-orang buta di jalan yang tidak mereka kenal, dan mau membawa mereka berjalan di jalan-jalan yang tidak mereka kenal. Aku mau membuat kegelapan yang di depan mereka menjadi terang dan tanah yang berkeluk-keluk menjadi tanah yang rata. Itulah hal-hal yang hendak Kulakukan kepada mereka, yang pasti akan Kulaksanakan.” Yesaya 42:16
Francis Jane Crosby terlahir normal pada tanggal 24 Maret 1820. Ketika masih berusia enam minggu, dia menderita infeksi di matanya. Lalu ada seorang yang mengaku-aku sebagai dokter yang mencoba-coba mengobati mata Fanny. Dia meletakkan semangkuk bubur panas di atas kelopak matanya. Akibatnya mata Fanny justru menjadi buta.
Beberapa bulan kemudian, ayah Fanny meninggal dunia. Untuk menghidupi keluarga, Ibunya lalu bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Fanny kecil dititipkan pada neneknya. Dengan sabar, sang nenek mendidik Fanny kecil. Dia sering membacakan Alkitab dan menjelaskan iman Kristen pada Fanny. Ketika Fanny merasa sedih karena tidak bisa bermain seperti anak-anak lain, neneknya lalu mengajarkan cara berdoa pada Tuhan.
Selain itu, ada juga seorang wanita kaya bernama Ny. Hawley yang membantu Fanny menghapal Alkitab. Fanny mampu menghapal kitab Taurat, Injil, Amsal, Kidung Agung dan Mazmur. Kemampuan menghapalnya ini membuat orang lain terkagum-kagum, tetapi Fanny merasa biasa saja. Meski begitu, dia merasa bersyukur sebab dengan kebutaaannya ini malah membuatnya gampang untuk menghapal. Fanny tidak pernah merasa sedih karena kebutaannya ini. Bahkan ketika masih berusia delapan tahun, dia menulis puisi:
Oh, aku anak yang sangat berbahagia,meskipun tidak bisa melihat!Aku memutuskan bahwa di dunia ini,aku akan berpuas hati!Banyak berkat kunikmati,
yang tidak orang lain dapati!
Untuk menangis atau berduka karena aku buta,Aku tak akan melakukannya.
Pada usia 12 tahun, Fanny bersekolah di Institut untuk Orang Buta di New York. Dia lalu mengajar di tempat itu sambil terus menulis puisi. Pada tahun 1858, Fanny menikah dengan Alexander van Alstine, seorang pemain organ terkenal di New York. Fanny sendiri sebenarnya juga pandai bermain harpa dan piano. Beberapa tahun kemudian, Fanny diminta penerbit buku "Bigelow and Main" untuk menulis 3 lagu setiap minggu, yang akan dimuat dalam terbitan untuk Sekolah Minggu.yang tidak orang lain dapati!
Untuk menangis atau berduka karena aku buta,Aku tak akan melakukannya.
Hingga meninggal Fanny telah menulis 9000 himne. Banyak lagu ciptaannya yang digemari banyak orang dan menjadi abadi. Sampai kini, orang-orang Kristen masih sering menyanyikan lagu-lagu ciptaannya, seperti "Blessed Assurance"(Kuberbahagia, Yakin Teguh)," "All the Way My Savior Leads Me"(Di Jalan 'Ku Diiring), "Pass Me Not, O Gentle Savior"(Mampirlah, dengar Doaku) " Safe in the Arms of Jesus" (S'lamat di Tangan Yesus), "Jesus, Keep Me Near the Cross"(Pada Kaki SalibMu) "I Am Thine, O Lord" (Aku Milik-Mu, Yesus, Tuhanku) dan masih banyak lagi.
Tuhan merencanakan yang terindah bagi Fanny dengan kebutaan itu. Hal ini sangat disadari oleh Fanny. Dia tidak pernah menyesali kekurangannya itu. Dia malah berkata: "[Kebutaan] ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya."
Dia juga berkata, "Apakah jika saya tidak buta, hidup saya bisa seindah sekarang ini?" Di kesempatan lain dia berkata:" Tampaknya ini memang berkat dari Tuhan, yaitu bahwa saya harus buta seumur hidup. Dan saya bersyukur untuk perkecualian ini. Seandainya besok saya ditawari untuk bisa melihat dunia ini dengan sempurna, saya tidak akan menerimanya. Saya mungkin tidak akan pernah bernyanyi memuji Tuhan, jika saya lebih tertarik pada penglihatan yang lebih indah dan menarik." (It seemed intended by the blessed providence of God that I should be blind all my life, and I thank him for the dispensation. If perfect earthly sight were offered me tomorrow I would not accept it. I might not have sung hymns to the praise of God if I had been distracted by the beautiful and interesting things about me.)
Suatu kali ada pendeta yang menaruh rasa iba pada Fanny. Dia berkata," Sungguh kasihan. Yang Maha kuasa melimpahkan bakat yang berlimpah-limpah pada Anda, tetapi tidak memberikan penglihatan pada Anda."
Fanny langsung menjawab, “Jika aku bisa dilahirkan lagi, saya akan mengajukan permintaan agar dilahirkan dalam keadaan buta."
“Lho, mengapa begitu?”tanya hamba Tuhan dengan kaget.
“Karena saat saya sampai di Sorga nanti, saya ingin yang pertama kali saya lihat adalah Juruselamat saya."
Sebagai murid sekaligus guru, Fanny menghabiskan 35 tahun masa hidupnya di sekolah. Dia sering diminta untuk menghibur pengunjung dengan puisi-puisi ciptaannya, dan dia beberapa kali bertemu dengan kepala negara,jenderal, atau orang-orang penting lainnya. Dia pernah diminta untuk bermain musik pada pemakaman President Grant. Buku puisinya yang pertama diterbitkanpada tahun 1844 dan diberi judul 'Anak Perempuan Buta dan Puisi-puisi Lainnya'.
Setelah meninggalkan sekolah, dia mendedikasikan seluruh hidupnya melayani yang membutuhkan dan yang di tengah kemiskinan. Dengan mengandalkan penghasilan dari tulisan-tulisannya, dia kemudian sangat terkenal karena lagu-lagu pujian ciptaannya.
Dikatakan bahwa penerbit mendapatkan begitu banyak karya darinya, hingga mereka harus menerbitkannya dengan nama samaran. Tarif yang biasa diterimanya sekitar $2 seringkali dipergunakan untuk mendukung pekerjaannya pada yang berkekurangan. Pekerjaan misinya begitu melegenda, seperti pengabdiannya untuk melayani orang lain lebih dari dirinya sendiri.
Ketika dia meninggal, pada batu nisannya terukir kalimat, 'Tante Fanny' dan 'Anugerah yang Pasti, Yesus adalah Milikku - Blessed Assurance, Jesus Is Mine. Sebuah pengecapan awal anugerah sorgawi.' Elisa Hewitt memperingati kematian Fanny dalam sebuah puisi:
Menuju sebuah tempat indah penuh cahaya Sang Surya dan pujian,
Burung penyanyi kita telah melakukan perjalanannya,
Dan dia yang telah menyanyikan pujian di tengah kegelapan sekian lama,
Sekarang menyanyikannya dalam Terang yang indah.
[Away to the country of sunshine and song,
Our songbird has taken her flight,
And she who has sung in the darkness so long
Now sings in the beautiful light;
The harp-strings here broken are sweetly restrung
To ring in a chorus sublime;
The hymns that on earth she so trustfully sung
Keep tune with eternity’s chime!
What heart can conceive of the rapture she knows
Awakened to glories so bright,
Where radiant splendor unceasingly glows,
Where cometh no shadows of night!
Her ‘life-work is ended,’ and over the tide,
‘Redeemed’ in His presence to stand,
She knows her Redeemer, for her crucified,
‘Blessed Assurance’—the lamp in her soul
That made earthly midnight as naught!
A ‘New Song’ of joy shall unceasingly roll
To Him who her ransom had bought.
To ‘Rescue the Perishing,’ her greatest delight,
What bliss, in the Homeland, to meet
With those she has told of the Lord’s saving might,
Together, to bow at His feet.
Good-bye, dearest Fanny, goodbye for a while,
You walk in the shadows no more;
Around you, the sunbeams of glory will smile;
The Lamb is the Light of that Shore!
Someday we will meet in the City above;
Together, we’ll look on His face;
Safe, ‘Safe in the Arms’ of the Jesus we love;
Together we’ll sing, ‘Saved by Grace!’]
Rothwell, p. 47
Nama-nama samaran yang dipakai Fanny Crosby:
|
|
Lagu-lagu pujian hasil karyanya:
|
|
Sunday, September 18, 2011
Saturday, September 3, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)